Kesadaran adalah
prinsip kedua, kesadaran berarti mengetahui, memahami dan menjalani apa yang
terasa dlam kehidupan, Allah swt adalah tuhan semesta alam, kekuatan dan
ilmunya tak terhingga maka menyadari akan Allah swt adalah sumber kemuliaan
tertinggi karena darinya akan mengalir segala bentuk perilaku yang mulia,
karena Allah adalah sumber bagi manusia yang tidak akan pernah habis digali.
Kesadaran yang bersumber dari dalm hati seorang mukmin akan menyebar keseluruh
tubuh memenuhi gerak hidupnya yang kesemuanya tiu digerakkan dari cahaya
kesadran kepada Allah swt, sadar yang kemudian bermakna cinta, karena segala
keindahan dan kedamaian ada pada dzat Allah swt, kebenaran dan keagungan
berasala dariNya, kemulyaan dan kebesaran adalah milik Allah swt, maka apalagi
yang dicari oleh setiap jiwa yang beriman selain dari pada semua itu, sedangkan
semua itu berasal dari Allah swt.
Puasa adalah
jalan yang telah diberikan oleh Allah dari sekian banyak jalan yang paling
efektif untuk menuju kesadran diri kepada Allah sebagai yang dicintai dari
segala bentuk kecintaan jasmani manusia. Puasa telah membangunkan jiwa yang
lupa karena jiwa terlalu sibuk menuruti keinginan hawa nafsu dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, ia juga telah membuka tabir sehingga nampak jelas kebenaran
karena terlalu tebal tabir keangkuhan akan perilkau benarnya, ketinggian
ilmunya, benyaknya sedekah yang dieberikan, dan banyaknya pahala yan telah
dihitungnya sehingga menyelimuti hatinya
dari kesadaran bahwa semuanya itu berasal dari cahaya Allah swt semata. Ia juga
telah menetralisir dan mengendapkan butir-butir jiwa dari kekeruhannya karena
seringnya kemaksiatan dan ketaatan silih berganti dalam setiap detik tanpa
henti menghiasi kehidupannya. ia juga menjaga langkah kaki dalam menjalani
kehidupan sehingga tetap berada dalam jalan Allah swt meskipun tidak terhitung
lagi ribuan godaan yang menghadang dalam setiap langkahnya, dari segala bentuk
kesenangan dan kemewahan hidup, ketinggian
martabat dan kemulyaan diri serta segala bentuk penghormatan semu dari manusia.
Ia juga mendinginkan kobaran nafsu yang senantia menggelegak dalam setiap detik
tanpa mengenal batas waktu dan tempat , tidak peduli sedang beribadah kepada Allah
swt atau sedang bersendaugurau dengan anak istrinya, puasa telah meredupkan
kobaran itu sehingga api nafsu dapat bermanfaat untuk menjaga stabilitas jiwa yang senantias
berubah-rubah setiap saat.
Kesadaran inilah
yang akan membawa orang yang beriman sampai di kehadapan hadirat Allah swt
dengan aman sehingga Allah swt ridho kepadanya dan ia pun ridho kepada Allah
swt.
Cinta adalah prinsip ketiga dari makna
berpuasa bagi seorang mukmin. Cinta adalah pengorbanan cinta adalah penyatuan,
cinta adalah hembusan nafas dan cinta adalah ruh kehidupan serta cinta adalah
kebaikan dan keindahan.
Ketidakberdayaan
dan kelemahan yang menyelimuti fitrah manusia keterbatasan dan ketergantungan
adalah teman abadi bagi manusia tercermin dalam kehidupan berpuasa seorang
mukmin, ketidakberdayaan dan kelemahan dalam bermaksiat karena menjaga kualitas
puasa, keterbtaan dan ketergantungan dalam meminta hidayah dan kekuatan dalam
beribadah beribadah keapda Allah swt
inilah
yang kemudian membangkitkan rasa cinta dan kecintaan yang mendalam kepada Allah
swt, ketika benih-benih ini senantias disiram dengan air kehausan dan
kelaparan, dan dijaga dengan kelelahan dan keletihan bermunajat kepada Allah
swt serta senantiasa diberi pahitnya rabuk sedekah dan solidaritas kepada
sesama manusia sesuai kadarnya maka akan tumbuh tunas-tunas cinta kepada Allah
swt dengan subur, dan ketika proses ini senantiasa dijalani dengan konsisten
dan kontinyu sehingga menghasilkan istikomah maka akan tumbuh tunas-tunas itu menjadi
pohon cinta yang baik sehingga menjadi pohon yang rindang dan indah, dan
apabila proses istikomah ini berlanjut dengan menjaga konsistensi dan
kontinyuitasnya lalu di beri pagar ilmu dan makrifat dari domba kerakusan dan
kesombongan , maka pohon ini akan semakin menjulang tinggi ke angkasa menuju
kehadirat Allah swt. Deru angin yang sangat kencang yang mampu merontokkan
daun-daun kesabaran bahkan mematahkan ranting-ranting syukur tidak mampu
menggoyanhkan cinta dan kecintaan untuk menuju kehadiratNya, derasnya hujan
kemewahan dan gelimangan harta
dan
sambaran kilat cantiknya wanita tidak menggerakkan sedikitpun dari keinginannya
untuk senantiasa dicintai oleh Allah bahkan kejamnya gergaji martabat dan
jabatan para pekerja tak mampu menumbangkan dan mematahkan kecintaanya kepada Allah
swt, atau panasnya api kepapaan dan kehinaan di dapur tidak dapat menghanguskan
dan menghilangkan kobaran cinta kepada Allah swt.
[i]
Cinta inilah
yang kemudian dibahasakan oleh alquran dengan takwa.